Blogger Layouts

Minggu, 02 Oktober 2011

Problematika Dakwah Dalam Perspektif Komunikasi Profetik

DAKWAH DALAM WACANA KOMUNIKASI PROFETIK A.Problematika Dakwah Banyak akademisi yang masih gamang dengan epistemology ilmu dakwah.Dakwah semakin menyederhanakan diri sebagai praktik oleh suara,seperti ceramah,khotbah,tablig,istigasah,dan sebagaianya.Padahal,dakwah sebagai kajian keilmuan memiliki sejumlah potensi besar menjadi poros lahirnya sejumlah teori komunikasi yang bersifat konstekstual. Charis Jubir memetakan empat hal problematika dalam ilmu dakwah.Pertama,mengenai kedudukan dakwah sebagai ilmu dapat ditemukan pada argumentasi yang dapat menjawab sejauh mana dakwah memilikikriteria sebagai ilmu.Kedua,mengenai kejelasan ilmu dakwah yang dapat dipertanggungjawabkan secara sistematis.Ketiga,negenai metodologi dakwah sebagai ilmu.Keempat,sejauhmana dakwah sebagai ilmu dipertanggungjawabkan produknya sebagai proses logika,yang didalamnya ditemukan keterkaitan antara premis dan kesimpulanya. Ini zamanya industry media merajai kehidupan manusia,dan dakwah berada ditengah pusaran aktifitas industry media tersebut.Tentu saja makna dakwah saat ini harus diformulasikan kembali sesuai dengan perkembangan,kemajuan,dan konteks yang melingkupinya.Dakwah sudah tidak relevan lagi diartikan seperti yang dipahami pada massa awal penyebaran islam beberapa abad lalu.Dakwah menjadi senyawa dengan pengertian jihad dalam arti berjuang dengan kekuatan senjata melawan musuh islam (Qutb,1996:235). Dakwah merupakan gerakan yang mengarah pada transformasi social yang dimulai dari tindakan social.menurut Weber,suatu tindakan disebut tindakan social jika sejauh berdasarkan subjektif yang dilekatkan padanya oleh individu yang bertindak,tindakan itu memperhitungkan tingkah laku orang lain,dan dengan cara itu pelaksanaanya akan terarah (Campbell,1994:204).Weber membedakan antara gerakan social dan tindakan social.Menurutnya,gerakan bukanlah tindakan.Gerakan tidak bersifat memiliki makna subjektif dan objektif,dia tidak terarah dan tidak bersifat empati.Gerakan hanya bergerak tanpa kesadaran utuh,karena tindakan social membutuhkan rencana,sasaran,tujuan,metode yang sistematis,empati,dan terukur. Visi dakwah yang utama adalah bukan memperbanyak jumlah pengikut,melainkan memanggil,mengajak,dan menyeru pada kebenaran Islam melalui berbagai media,perilaku,sikap mental,dan cara berpikir para penyampai agama (Darmawan,2005 :XV).Karena itu juga,dakwah dapat berarti penyegaran atas kebenaran teologis.Dakwah tidak secara mudah diartikan sebagai gerakan penyadaran dan penyebaran atau perluasan Islam. B.Dakwah Dan Propaganda Dakwah mengandung unsure harapan terjadinya perubahan pada diri subjek dakwah.Dengan demikian,dakwah merupakan cara yang paling terbuka menuju suatu perubahan sikap.Perubahan dapat dimaknai dengan perpindahan segala hal yang buruk pada hal yang baik. Dalam dakwah,tidak boleh manipulasi representasi,distorsi informasi atau penyesatan pesan.Hal itu merupakan cara kotor yang biasa digunakan dalam propaganda.Karena itu,dakwah berbeda dengan berbagai pola komunikasi dalam sejumlah kajian ilmu komunikasi.Propaganda dalam artian empiris – sosiologis yang dipahami selama ini,melekatkan propaganda dalam pengertian yang sinis.Hal tersebut terjadi karena kurun waktu tertentu,propaganda digunakan untuk berbagai kepentingan politik,kekuasaan,peperangan dan berbagai pertarungan memperebutkan wacana dan control opini public. Kendati konsep awal propaganda dikembangkan untuk kepentingan penyebaran agama Katolik,pada proses selanjutnya,propaganda telah mengalami berbagai objektivikasi,sehingga dapat diterima secara luas sebagai suatu metode penyampaian pesan.Mengaitkan dakwah dengan propaganda juga tidak terlepas dari proses objektivikasi untuk keduanya.Oleh sebab itu kita tidak perlu risi menggunakan propaganda dalam berdakwah,atau sebaliknya,menggunakan dakwah dalam propaganda. Propaganda dalam arti yang paling luas adalah teknik memengaruhi tindakan manusia dengan memanipulasi representasi (penyajian).Representasi bisa berupa lisan,tulisan,gambar atau music (Severin dan Tankard,2005:128) Namun tidak semua strategi yang diajarkan dalam pendidikan propaganda bertentangan dengan metode dakwah yang dianjurkan dalam Islam.Berikut ini sejumlah praktek yang biasa digunakan dalam pendidikan propaganda,yang sebagian bertentangan dengan cara berdakwah,namun sebagian lain bisa diadopsi untuk improvisasi dalam berdakwah. 1.Name Calling Metode yang digunakan oleh pembicara dengan memberikan label buruk pada suatu gagasan,agar audien menolak dan mengutuk ide tanpa mengamati bukti.Dalam praktik propaganda,Name Calling biasa terjadi dan sah dilakukan. Selain digunakan dalam propaganda hitam (black propaganda),name calling sering digunakan dalam periklanan karena keengganan menyebut produk serupa yang sedang bersaing,namun didalam dunia politk,penggunaanya lebih luas. Name calling tidak dapat dibenarkan dalam berdakwah,termasuk digunakan melawan musuh musuh Islam.Doktrin Islam menegaskan pentingnya menggunakan cara yang baik dalam berbantah bantahan.Sebaliknya,Islam menganjurkan penggunaan kata kata yang baik. 2.Glittering Generality Metode yang digunakan oleh pembicara dengan menggunakan kata yang baik,agar sesuatu dapat diterima oleh audiens,tanpa memeriksa bukti bukti.Pola glittering generality bisa diadopsi secara terbalik untuk memperkaya pola dalam berdakwah.Bila dalam glittering generality yang ditekankan adalah informasi tanpa pengajuan bukti,dalam berdakwah berlaku sebaliknya,menyampaikan sesuatu yang baik hendaknya dengan cara yang masuk akal agar dapat diterima,bahkan bila perlu,menampilkan sejumlah bukti untuk memperkuat materi dakwah. 3.Transfer Metode yang digunakan oleh pembicara dengan membawa otoritas dukungan dan gengsi dari sesuatu yang dihargai dan disanjung kepada sesuatu yang lain,agar sesuatu yang lain tersebut dapat diterima.Transfer bekerja melalui asosiasi pemikiran.Tujuan komunikator adalah menghubungkan gagasan atau produk dengan sesuatu yang dikagumi orang.Transfer dapat terjadi melalui pemakaian objek simbolik tertentu,karena itu pola transfer dalam teknik propaganda mensyaratkan adanya kondisi psikologi social tertentu.Sebab,pada dasarnya propaganda merupakan aksi penggalangan opini public untuk mengkampanyekan citra negative dari pihak yang diserang. 4.Testimony Testimony semacam kesaksian seseorang yang memberikan pengakuan langsung atas pengalaman yang pernah dirasakanya.Kesaksian tersebut digunakan untuk menjatuhkan atau menggalang opini public agar dapat serta merta menerima sesuatu yang akan ditawarkan. Pola seperti ini jarang digunakan oleh para Kyai dalam memberikan dakwah.Kebanyakan Kyai bertindak sebagai sumber informasi tunggal bagi audiens.Dialog yang terjadi bersifat satu arah,public seakan akan makhluk pasif yang tidak mempunyai ruang untuk berinteraksi,sehingga terjadi dominasi dalam berkomunikasi. 5.Plain Folks (Orang Biasa) Metode yang digunakan oleh pembicara untuk meyakinkan audiens bahwa dia dan gagasanya adalah bagian dari rakyat biasa,rakyat yang lugu.Pola plain folks ini sebenarnya bisa dugunakan dalam berdakwah,terutama bagi mereka yang sebelumnya memiliki pengalaman kedekatan emosional dengan audiensnya. Dalam dunia politik,metode ini sering digunakan oleh para kandidat dalam menghadapi Pemilu.Mereka Down to Earth untuk mengambil hati para konstituen dengan melakukan kegiatan yang sama seperti rakyat biasa,meskipun sebenarnya hal itu tabu mereka lakukan sehari hari. 6.Card Stacking Teknik ini memilih argumen atau bukti yang mendukung sebuah posisi tanpa menghiraukan hal lain yang tidak mendukung posisi tersebut.Teknik ini sesekali dapat digunakan dalam berdakwah untuk memperkaya metode,karena metode ini dapat memperjelas hikmah atau manfaat berbuat baik dan dampak berbuat buruk. 7.Bandwagon Metode ini digunakan oleh pembicara dengan meyakinkan audiens bahwa semua anggota kelompok harus bergabung dengan kelompok tersebut.Teknik ini efektif bagi floating mass,yaitu suatu massa yang bingung akibat derasnya arus informasi. Teknik ini pernah dilakukan dalam dakwah,namun masih bersifat artificial dan tentative.Fenomena sinetron religious dan jilbab modern yang sering dikenakan para artis ditelevisi,pada suatu sisi tetap berdampak positif bagi umat.Tetapio,apakah maraknya sinetron dan artis berjilbab merupakan konstruksi realitas sesungguhnya?.Ternyata tidak,maraknya sinetron religious tersebut terkait dengan rating dan iklan di televisi. Baik dakwah maupun propaganda,sama sama bertujuan mengubah pandangan seseorang terhadap sesuatu.Hanya saja dalam operasionalisasinya,propaganda menggunakan manipulasi representasi,humanisasi dan transendensi.Dia lebih bermakna politis sebagai usaha mengontrol opini public untuk kepentingan politik tertentu daripada sebuah transformasi informasi.bahkan terkadang komunikator (propagandis) dalam operasinya tidak dapat diidentifikasi dengan jelas. C.Dakwah Dan Komunikasi Persuasif Komunikasi persuasive bertujuan mempengaruhi sikap,bahkan perilaku komunikan.Persuasi didefinisikan sebagai perubahan sikap akibat paparan informasi dari orang lain.Menilik tujuanya,komunikasi adalah upaya untuk memengaruhi tingkah laku komunikan.Disini tingkah laku bersifat luas (Severin dan Tankard,2005:57),termasuk didalamnya perubahan sikap seseorang terhadap keyakinan yang dianut sebelumnya. Menurut Gordon Allport (1954),istilah sikap muncul untuk menggantikan istilah samar dalam psikologi seperti naluri,adat istiadat,tekanan social,dan sentimen.Berikut ini beberapa definisi penting mengenai sikap (Severin dan Tankard,2005:177-179) : 1. Suatu cara pandang terhadap sesuatu (Murphy dan Newcomb.1937:889). 2. Kesiapan mental dan system saraf yang diorganisasikan melalui pengalaman,yang menimbulkan pengaruh langsung atau dinamis pada respons seseorang terhadap semua objek dan semua situasi terkait. 3. Sebuah kecenderungan yang bertahan lama,yang dipelajari untuk berperilaku dengan konsisten terhadap sekelompok objek (Allport,1954:45). 4. Sebuah system, evaluasi positif atau negative yang awet,perasaan perasaan emosional dan tendensi tindakan pro atau kontra terhadap sebuah objek social. Menurut Devito (1991:402-404),komunikasi persuasive akan berhasil bila mempertimbangkan prinsip prinsip sebagai berikut : 1. Pemaparan yang selektif Prinsip ini menekankan pada aktivitas komunikan yang secara aktif mencari informasi yang dapat mendukung opini,keyakinan,nilai,keputusan dan perilaku mereka 2. Partisipasi audiens Prinsip ini menekankan bahwa komunikasi bukan hanya proses transmisi pesan,melainkan juga transaksional. 3. Suntikan Prinsip ini berasumsi bahwa audiens telah memiliki keyakinan tertentu yang kuat sebelumnya.Prinsip ini menekankan pentingnya komunikator menghargai keyakinan yang dipegang oleh inoculation principle dengan tidak menolak atau membantah keyakinan mereka,namun menggunakan strategi member antibody,yaitu argument rasional dan pembuktian atas kesalahan keyakinan yang dianut inoculation audiens. 4. Perubahan besar Prinsip ini menekankan pada pandangan bahwa perubahan akan lebih mudah dilakukan pada tahap yang paling kecil,semakin besar argumentasi dan bukti yang harus dipaparkan oleh komunikator.Persuasi akan efektif bila ia bekerja untuk mengubah hal yang kecil dan terukur oleh masa waktu tertentu. Komunikasi persuasive dilakukan setidaknya karena komunikator ingin mencapai dua hal : pertama,memperkuat atau mengubah sikap dan keyakinan penerima pesan.Kedua,member motivasi penerima untuk melakukan sesuatu. Dalam komunikasi persuasive,peranan komunikator sangat penting untuk mencapai tujuan.Howard Giles dan Richard L.Street membagi komunikator menjadi dua kategori besar,yaitu : 1. Perbedaan individu berdasarkan psikologis,dan sosiodemografis yang dikaitkan dengan perilaku verbal dan non verbal komunikator. a) Variable variable psikologis yang dimaksud adalah : (1). Self monitoring. Orang yang memiliki self monitoring tinggi akan mengontrol setiap perilaku verbal dan non verbalnya,begitu pula sebaliknya. (2). Extrovert dan Introvert Tipe extrovert adalah mereka yang suka berbicara dalam suatu waktu.Banyak ahli menggambarkan mereka sebagai orang yeng suka membuka diri.sedangkan introvert sebaliknya,mereka cenderung menutup diri. (3). Dominasi Ketundukan Individu yang berkepribadian dominan memiliki gaya interaksi yang tegas dan percaya diri.Komunikator yang dominan lebih menguasai pembicaraan,lebih aktif yang dikesankan tingginya intonasi suara serta tekanan uratnya melalui system vokalnya. b). Variable variable sosiodemografis komunikator yang dimaksud adalah : (1).Status Sosial Ekonomi Status social ekonomi pihak yang berinteraksi dalam proses komunikasi saling berbaur dan berhubungan.Bamstein (1962,1964,1972) menunjukkan dalam penelitianya bahwa bagi kelas atas,komunikator menggunakan penjelasan dan penguraian pesan yang panjang lebar.Sementara bagi kelas bawah menggunakan pengurangain yang terbatas. (2).Ras dan Budaya Ras dan budaya menyangkut dialek dengan berbagai tingkatan fonologi,sintaksis,dan leksikal yang berbeda.seseorang yang berbicara dengan etnis tertentu biasanya melemah ketika suatu kelompok etnis tertentu memiliki keinginan untuk berasimilasi kedalam budaya yang berbeda. 2.Penggunaan bahasa dan gaya bicara yang diidentifikasikan dengan keyakinan komunikator yang memiliki kesan bahasa yang berbeda. Komunikator yang memiliki daya tarik tertentu yang cukup kuat akan membawa komunikan untuk melakukan identifikasi.Identifikasi terjadi bila komunikan menempatkan diri dalam suatu definisi yang memuaskan dirinya.Dalam identifkasi,individu mendefinisikan peranya sesuai dengan peran komunikasi yang telah memengaruhinya. Sedikitnya ada Sembilan gaya komunikator yang menonjol yaitu : 1. Dominant,menguasai dan mengontrol komunikasi. 2. Dramatic,melebih lebihkan dalam menyampaikan maksud. 3. Contentious,suka mendebat dan berargumen dalam komunikasi. 4. Animated,menyenangkan dalam berkomunikasi. 5. Impression-leaving,selalu meniggalkan kesan dalam komunikasi. 6. Relaxed,bersikap lembut dan tenang dalam berkomunikasi. 7. Attentive,seksama dan berhati hati dalam berkomunikasi. 8. Opened,terbuka terhadap informasi pribadi. 9. Friendly,memberikan umpan balik terhadap lawan bicara. Factor lainya dalam karakteristik komunikator adalah daya tarik khusus dan kreadibilitas.Biasanya,setiap komunikator memiliki daya tarik khusus,terutama bagi Kyai yang berdakwah.Daya tarik tersebut bisa dalam bentuk penampilan fisik,karakter yang ingin dicitrakan,metode pemaparan pesan,dan intonasi. Selain karakteristik komunikator,unsure muatan isi pesan juga member pengaruh besar terhadap keberhasilan komunikasi persuasive.Bettinghaus menetapkan sejumlah komponen yang dapat membuat pesan persuasive : a. Bahasa yang digunakan b. Pola organisasi pesan. c. Penggunaan logika d. Menampilkan contoh e. Waktu penyampaian pesan f. Bahasa tubuh komunikator. Beberapa kalangan memasukkan unsure karakteristik media yang digunakan komunikator dapat menunjang keberhasilan,namun komunikasi persuasive akan sangat efektif bila disampaikan langsung secara tatap muka antara komunikator dan komunikan.

Sabtu, 01 Oktober 2011

Komunikasi Organisasi

PERSEPSI TENTANG KOMUNIKASI ORGANISASI Redding dan Sanborn : Redding dan Sanborn mengatakan bahwa komunikasi organisasi adalah pengiriman dan peneriaan informasi dalam organisasi yang kompleks. Yang termasuk dalam bidang ini adalah komunikasi internal, hubungan manusia, hubungan persatuan pengelola, komunikasi downward atau komunikasi dari atasan kepada bawahan, komunikasi upward atao komunikasi dari bawahan kepada atasan, komunikasi horizontal atau komunikasi dari orang-orang yang sama level/tingkatnya dalam organisasi, ketrampilan berkomunikasi dan berbicara, mendengarkan, menulis dan komunikasi evaluasi program. (arni Muhammad, 2005:65) Stewart L. Tubs dan Sylvia Moss : Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss (1996) mengatakan, beberapa ciri utama komuikasi organisasional adalah faktor-faktor struktural dalam organisasi yang mengharuskan para anggotanya bertindak sesuai dengan peranan yang diharapkan. (Stewart L.Tubbs-Sylvia Moss, 1996:166). R. Wayne Pace dan Don F. Faules : R. Wayne Pace dan don F. Faules (1998) mengklasifikasikan definisi komunikasi organisasi menjadi dua, yakni definisi fungsional dan definisi interpretative. Definisi fungsional komunikasi organisasi adalah sebagai pertunjukan dan penafsiran pesan diantara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Suatu organisasi terdiri dari unit-unit komunikasai dalam hubungan-hubungan hierarkis antara yang satu dengan lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan. Sedangkan definisi interpretative komunikasi organisasi cenderung menekankan pada kegiatan penanganan pesan yang terkandung dalam suatu “batas organisasional (organization boundary)”. Dengan kata lain, definisi interpretative komunikasi organisasi adalah proses penciptaan makna atas interaksi yang menciptakan makna atas interaksi yang menciptakan, memelihara, dan mengubah organisasi. Jadi, perspektif interpretative menekankan peranan “orang-orang” dan “proses” dalam menciptakan makna. Makna tersebut tidak hanya pada orang, namun juga dalam “transaksi” itu sendiri. Sifat terpenting komunikasi organisasi adalah menciptakan pesan, penafsiran, dan penanganan kegiatan anggota organisasi. Bagaimana komunikasi berlangsung dalam organisasi dan apa maknanya bergantung pada konsepsi seseorang mengenai organisasi. (R. Wayne Pace Don F. Faules, 1998:31-33). Joseph A. Devito : Joseph A. devito mendefinisikan komunikasi organisasi merupakan pengiriman dan penerimaan berbagai pesan di dalam organisasi- di dalam kelompok formal maupun inforal organisasi. Komunikasi formal adalah komunikasi yang disetujui oleh organisasi itu sendiri dan sifatnyaberorientasi pada organisasi. Isinya berupa cara-cara kerja di dalam organisasi, produktifitas, dan berbagai pekerjaan yang harus dilakukan dalam organisasi: memo, kebijakan, pernyataan, jumpa pers, dan surat-surat resmi. Komunikasi informal adalah komunikasi yang disetujui secara sosial. Orientasinya tidak pada organisasinya sendiri, tetapi lebih pada para anggotanya secara individual, (Joseph A. Devito, 1997:340). Dedy Mulyana : Deddy Mulyana (2001) menawarkan lingkup kajian komunikasi organisasi sebagai berikut: komunikasi organisasi (Organization Communication) terjadi dalam suatu jaringan yang lebih besar dari pada komunikasi kelompok. Komunikasi organisasi seringkali melibatkan juga komunikasidiadik, komunikasi antar pribadi dan ada ada kalanya juga komunikasi publik. Komunikasi formal adalah komunikasi menurut struktur organisasi, yakni komunikasi ke bawah, komunikasi ke atas dan komunikasi horizontal. Sedangkan komunikasi informal tidak bergantung pada struktur organisasi, seperti komunikasi antar sejawat, juga termasuk gosip. (deddy Mulyana, 2001:75) PENGGOLONGAN KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI Connection komunikasi merupakan sistem aliran yang menghubungkan dan membangkitkan kinerja antar bagian dalam organisasi sehingga menghasilkan sinergi. (Redi Panuju, 2001:1-2). Komunikasilah yang memungkinkan orang mengorganisasi. Komunikasi memungkinkan orang untuk mengkoordinir kegiatan mereka untuk mencapai tujuan bersama, tetapi komunikasi itu tidak hanya menyampaikan informasi atau mentransfer makna saja. Tetapi orang atau individu membentuk makna dan mengembangkan harapan mengenai apa yang sedang terjadi di sekitar mereka dan antara mereka satu sama lain melalui pertukaran simbol. Komunikasi merupakan unsur pengikat berbagai bagian yang saling bergantung dari sistem itu. Tanpa komunikasi tidak akan ada aktivitas yang terorganisir. Komunikasi memungkinkan struktur organisasi berkembang dengan memberikan alat-alat kepada individu-individu yang terpisah untuk mengkoordinir aktivitas mereka sehingga tercapai sasaran bersama. (M.T. Myers dan G.E Myers, 1987:20-21). Ada lima penggolongan komunikasi dalam organisasi yang biasa diapakai, yaitu: - Komunikasi Lisan dan Tertulis Dasar penggolongan komunikasi lisan dan tertulis ini adalah bentuk pesan yang akan disampaikan. Banyak bentuk komunikasi, terutama komunikasi antar pribadi (interpersonal communication), disampaikan secara lisan maupun tertulis. Banyak orang menyukai komunikasi lisan karena situasi keakraban yang ditimbulkannya. Sedangkan orang lain berpendapat bahwa kecermatan dan ketetapan biasanya lebih berhasil dicapai melalui komunikasi lisan maupun tertulis; biasanya pada kesempatan atau saat yang berbeda; dengan maksud untuk meningkatkan kemungkinan pemahaman atas pesan – pesan yang dikirimkan. Banyak faktor yang menentukan pemilihan di antara kedua bentuk komunikasi itu untuk digunakan dalam situasi tertentu. Pertimbangan waktu, biaya, ketetapan, preferensi pribadi, ketrampilan komunikasi individual, sumber-sumber daya yang tersedia, dan pertimbangan lain menjadi kriteria pengambilan keputusan dalam memilih apakah pesan-pesan akan disampaikan dalam bentuk lisan atau tertulis. - Komunikasi Verbal dan Non Verbal Jika dua orang berinteraksi, maka informasi mengenai perasaan dan gagasan-gagasan dan ide-ide yang timbul akan dikomunikasikan. Informasi mengenai perasaan seseorang dikemukakan secara lisan melalui apa yang dikatakan dan bagaimana mengatakannya. Arti dari kata atau kalimat diperjelas melalui tinggi rendahnya nada suara, perubahan nada suara, keras tidaknya suara, dan kapan komunikator berbicara. Perasaan seseorang juga dapat dinyatakan melalui berbagai isyarat-isyarat atau signal-signal non verbal dalam percakapan tatap muka langsung, perasaan, keadaan jiwa, atau suasana hati seseorang dinyatakan melalui gerakan isyarat (gesture), ekspresi wajah, posisi dan gerakan badan, postur, kontak pisik, kontak padangan mata, dan stimulasi non verbal lain yang sama pentingnya dengan kata-kata yang diucapkan. Ekspresi, gerakan isyarat, gerakan dan posisi badan tersebut secara keseluruhan sering disebut sebagai bahasa badan (body language) yang menyatakan sikap dan perasaan seseorang. - Komunikasi Ke Bawah, Ke Atas, dan Ke Samping Penggolongan komunikasi ke bawah, ke atas, dan ke samping (lateral) ini didasarkan pada arah aliran pesan-pesan dan informasi di dalam suatu organisasi. Ketiga jenis komunikasi tersebut sebagai berikut: 1. Komunikasi Ke Bawah Komunikasi ke bawah mempunyai fungsi pengarahan, perintah, indoktrinasi, inspirasi, dan evaluasi. Pertemuan tatap muka langsung, pembicaraan lewat telepone, memo dan instruksi tertulis merupakan media atau saluran yangbanyak digunakan dalam komunikasi ke bawah. 2. Komunikasi Ke Atas Aliran komunikasi ke atas dari hirarki wewenang yang lebih rendah ke yang lebih tinggi biasanya mengalir di sepanjang rantai komando. Fungsi utamanya adalah untuk memperoleh informasi mengenai kegiatan, keputusan, dan pelaksanaan pekerjaan karyawan pada tingkat yang lebih rendah. Komunikasi ke atas dapat berupa laporan prestasi kerja (performance report), saran-saran dan rekomendasi, usulan anggaran, pendapat atau opini, keluhan, permohonan bantuan, atau instruksi. Seperti halnya dalam komunikasi ke bawah, karyawan yang berada di tingkatan manajemen menengah dalam hirarki wewenang, bertindak sebagai penyaring informasi yang disalurkan melalui mereka. Ereka memadukan, memadatkan, dan meringkas informasi mengenai kejadian dan pelaksanaan pekerjaan pada tingkatan karyawan yang lebih rendah. 3. Komunikasi Ke samping Komunikasi ke samping (lateral communication) terjadi antara dua pejabat atau pihak yang berada dalam tingkatan hirarki wewenang yang sama (komunikasi horizontal) atau tidak mempunyai wewenang langsung terhadap pihak lainnya (komunikasi diagonal). Jadi pola komunikasi ke samping sangat berkaitan erat dengan aliran kerja dalam suatu organisasi. Fungsi utama komunikasi ke samping dalam jaringan kerja komunikasi formal adalah pengkoordinasian dan pemecahan masalah. Media komunikasi yang banyak digunakan dalam komunikasi ke samping ini adalah pertemuan tatap muka langsung (panitia dan konferensi), pembicaraan lewat telepon, memo tertulis dalam bentuk surat tugas, dan formulir permohonan (requesting form). Komunikasi ke atas, ke bawah dan ke samping dapat berbentuk lisan atau tertulis, verbal maupun non verbal, dan juga dapat gaya, tatakrama, pola yang formal maupun informal, dan bersifat satu arah maupun dua arah. - Komunikasi Formal dan Informal Bila pesan-pesan atau informasi dikirimkan, ditransfer, dan diterima melalu pola hirarki kewenangan organisasi yang telah ditetapkan dalam struktur organisasi, yang biasanya disebut sebagai rantai komando, maka terjadilah komunikasi formal. Namun banyak juga pertukaran informasi di dalam organisasi terjadi dengan cara yang kurang sistematik dan lebih informal yang disebut sebagai komunikasi informal. (Gunawan Jiwanto, 1985:27-36) Senada dengan itu, Miftah Thoha mendefinisikan komunikasi organisasi formal merupakan proses komunikasi yang mengikuti jalur hubungan formal yang tergambar dalam susunan atau struktur organisasi. Adapun komunikasi organisasi informal adalah proses komunikasi dimana arus informasinya sesuai dengan kepentingan dan kehendak masing-masing pribadi yang ada dalam organisasi tersebut.proses hubungan komunikasi informmal tidak mengikuti jalur struktural, sehingga bisa saja terjadi seseorang yang mempunyai struktur formal berada di bawah, berkomunikasi dengan seseorang di tingkat pimpinan. (Miftah thoha, 1983: 183) proses komunikasi informal ini juga sering disebut sebagai “grapevine” (selentingan, gossip, atau desas-desus), dikarenakan pertumbuhan dan penyebarannya nampak serampangan dan tanpa direncanakan terlebih dahulu. Hasil penelitian yang terkontrol terhadap grapevine di dalam organisasi telah menunjukkan suatu metode analisa tertentu yang dapat menjelaskan proses terjadinya komunikasi informal ini. Degan cluster chains analysis (analisa rantai kerumun) memungkinkan para peneliti memperkirakan secara cukup akurat bagaimana komunikasi informal mengalir di dalam dan di sepanjang suatu organisasi. Proses komunikasi formal dan informal 1. Komunikasi formal Seperti telah disebut di atas, komunikasi formal terjadi di antara karyawan melalui garis kewenangan yang telah ditetapkan oleh manajemen. Komunikasi ke samping yang terjadi di antara karyawan pada tingkatan yang relatif sama dalam organisasi, mempunyai peranan penting dalam mengkoordinasikan kegiatan mereka dan membantu interaksi di antara mereka dalam pelaksanaan tugas pekerjaan. Aliran informasi yang bebas, baik dalam komunikasi ke bawah maupun ke samping, tidak tergantung pada struktur dan iklim organisasi yang memungkinkan meningkatnya effektifitas komunikasi formal. Tetapi juga tergantung pada penggunaan media atau saluran yang paling tepat pada tingkatan yang berbeda-beda di dalam struktur organisasi. (Gunawan Jiwanto, 1985: 36-37). Miftah Thoha (1983) lebi memperjelas, bahwa proses komunikasi struktur formal tersebut pada hakikatnya dapat dibedakan atas tiga dimensi sebagai berikut: a. Dimensi vertikal, adalah dimensi komunikasi yang mengalir dari atas ke bawah dan sebaliknya dari bawah ke atas, seperti yang tergambar dalam susunan organisasi yang melukiskan hubungan kerja antara atasan dan bawahan. b. Dimensi horizontal, yakni pengiriman dan penerimaan berita atau informasi yang dilakukan antara berbagai pejabat yang mempunyai kedudukan sama. Tujuan dari komunkasi ini untuk melakukan koordinasi. Komunikasi yang berdimensi horizontal ini sebagian dapat dilakukan secara lisan. c. Dimensi luar organisasi, dimensi komunikasi ini timbul sebagai akibat dari kenyataan bahwa suatu organisasi tidak bisa hidup sendirian. Ia merupakan bagian dari lingkungannya. Karena itu organisasi membutuhkan berbicara atau berkomunikasi dengan pihak luar yang berada dalam lingkungannya tersebut. Dimensi ini bukan merupakan bandingan dari dua dimensi di atas. Dimensi ini tidak mengikuti sistem status organisasi seperti yang terlihat dalam dua dimensi terdahulu. Dalam dimensi ini informasi masuk ke dalam suatu organisasi berasal dari luar, demikian pula sebaliknya suatu informasi dikirim dari suatu organisasi ke pihak luar. (Miftah Thoha, 1983:34) 2. Komunikasi informal Komunikasi informal terjadi di antara karyawan dalam suatu organisasi yang dapat berinteraksi secara bebas satu sama lain terlepas dari kewenangan dan fungsi jabatan mereka. Biasanya komunikasi informal dilakukan melalui tatap muka langsung dan pembicaraan lewat telepon. Meskipun hubungan yang terjadi dalam komunikasi informal ini mengikuti pola yang bebas dari pengaruh organisasi formal, akan tetapi komunikasi informal merupakan saluran yang penting karena menyebar ke seluruh bagian dalam organisasi tanpa memperhatikan struktur dan saluran komunikasi formal. a. Memetakan komunikasi informal Komunikasi informal dalam suatu organisasi memberi petunjuk apakah saluran komunikasi formal telah berfungsi secara efektif. Pendekatan informal dalam mempelajari proses komunikasi informal adalah dengan mengamati perilaku karyawan mana yang selalu berbicara dengan akrab pada waktu-waktu istirahat, kelompok karyawan mana yang selalu makan siang bersama, dan jenis hubungan komunikasi informal lainnya. Pendekatan lain yang lebih formal adalah dengan menggunakan teknik sosiometri, yang merupakan suatu prosedur formal dalam penilaian atau pengukuran hubungan antar karyawan dalam suatu kelompok karyawan. Setelah proses komunikasi dapat diidentifikasikan, maka cara yang paling efektif bagi manajemen untuk mengendalikan pemimpin-pemimpin informal (informal leaders) adalah mengakui ekstensinya, mempertimbangkan pengaruh mereka, dan kemudian menginteraksikan kepentingan dari pemimpin-pemimpin dan kelompok-kelompokinformal tersebut dengan organisasi formal. b. Pengendalian Grapevine Dalam banyak kasus grapevine dapat mengakibatkan penyampaian informasi yang keliru atau “misinformation”. Oleh karena itu dapat menimbulkan hambatan terhadap komunikasi yang telah direncanakan oleh pihak manajemen. Untuk mencegah terjadnya penyimpangan ini, Hershey mengajukan beberapa cara pengendalian yang dapat digunakan untuk mengurangi jumlah dan kekerasan (severity) desas-desus yang disampaikan seseorang ke orang lain melalui grapevine. Dia menyarankan sebagai berikut: “………jagalah agar informasi tetap terbuka, berikan fakta yang positif dan dapat dipercaya dari setiap masalah yang terjadi, dan ciptakanlah rasa percaya terhadap kredibilitas sumber informasi manajemen. Karena proses komunikasi sangat tidak sempurna, maka manajer harus berusaha menganalisa desas-desus, memahaminya, dan mengambil langkah positif untuk mencegah terjadinya”. c. Fungsi komunikasi informal Dari uraian di atas dapat disipulkan bahwa fungsi utama dari komunikasi informal adalah memelihara hubungan sosial (seperti: persahabatan dan kelompok informal) dan penyebaran informasi yang bersifat pribadi, gosip, dan desas-desus. Karena jaringan komunikasi formal jarang dapat menyebarkan informasi mengenai penugasan dengan cukup memadai, maka biasanya terjadi saluran komunikasi informal untuk mengambil alih fungsi komunikasi formal tersebut. d. Sifat dan karakteristik komunikasi informal Meskipun grapevine belum banyak diteliti, tetapi beberapa studi yang telah dilakukan dapat memberikan penjelasan tentang bagaimana cara bekerjanya grapevine. Salah satu sifat yang menonjol dari grapevine adalah kecepatan penyebarannya. Pada umumnya pesan-pesan yang disampaikan melalui grapevine lebih cepat dibandingkan melalui saluran formal. Disamping itu grapevine juga efektif. Bila terjadi keragu-raguan, maka biasanya informasi informal grapevine disampaikan dengan cara membedakan siapa orang yang layak dan tidak layak menerimanya. e. Pola pengiriman informasi grapevine Dalam grapevine,biasanya informasi hanya mengalir melalui sejumlah kecil orang yang menerimanya. Dengan demikian, pada umumnya pola penyampaian informasi grapevine adalah berupa “cluster chain” (rantai kerumunan). Seseorang yang menyampaikan atau meneruskan informasi grapevine ini kepada beberapa orang lain disebut “personalia penghubung” (liaison individual). Grapevine dapat menimbulkan akibat positif maupun negatif bagi organisasi. Grapevine dapat menyebarkan desas desus yang membingungkan dan gosip-gosip yang berbahaya, tetapi grapevine juga berfungsi sebagai suatu pendukung yang penting bagi sistem komunikasi formal. Di samping itu, grapevine sangat penting untuk mengembangkan dan memelihara hubungan sosial dalam organisasi. Oleh karena itu, para manajer harus mengakui eksistensi grapevine di dalam organisasi dan berusaha menggunakannya secara konstruktif. - Komunikasi satu Arah dan Dua Arah 1. Komunikasi satu arah Jenis komunikasi satu arah ini menghilangkan kesempatan untuk memperoleh penjelasan dan informasi. Jenis komunikasi ini hanya menekankan penyampaian. Komunikasi satu arah mempunyai keuntungan dan kerugian. Jenis komunikasi satu arah cepat penyampaiannya, dan menghemat waktu dan biaya. Pengirim pesan merasa puas karena tidak adanya kesempatan bagi komunikan mempertanyakan informasi yang dikirimkan sehingga melindungi atau menutupi kelalaian dan kesalahan yang mungkin dilakuakannya. Namun komunikasi searah ini sangat tidak memuaskan penerima pesan yang tidak mempunyai kesempatan untuk memperoleh penjelasan atas pesan yang dikirimkan. Penerima pesan dibiarkan dalam keadaan ketidakjelasan, yang dalam kebanyakan kasus dihilangkan dengan cara menerima pesan tersebut begitu saja. Ini merupakan suatu teknik psikologis yang digunakan oleh banyak biro-biro jasa pengiklan untuk memberikan suatu pengaruh terhadap konsumen. 2. Komunikasi dua arah Komunikasi dua arah mempunyai suatu sistem umpan balik yang terpasang tetap (built-in system of feed back) di dalamnya, yang memungkinkan komunikator dapat memperoleh umpan balik pesan yang disampaikan. Jenis komunikasi ini menjamin informasi dan penjelasan lebih lanjut akan diberikan dan tersedia setiap saat jika dibutuhkan. Kerugian komunikasi dua arah adalah lambat, memakan banyak waktu, dan ada kemungkinan kurang efisien karena dapat memberikan kepuasan yang berlebihan kepada penerima pesan yang mempunyai kesempatan untuk memahami pesan yang dikirimkan sepenuhnya. Dan perlu kiranya diingat bahwa tidak setiap orang menyukai berinteraksi. Oleh karena itu, dalam situasi forum tatap muka langsung mereka tidak menyatakan pendapatnya. Akibatnya seringkali timbul masalah-masalah yang tidak relevan dan pendapat atau komentar yang tidak berkaitan dan menyimpang dari masalah pokoknya. Namun, dalam situasi dimana suatu keputusan akan dilaksanakan, komunikasi dua arah dipandang sangat bermanfaat. Meskipun demikian, penerimaan atau persetujuan komunikan atas pesan yang disampaiakan sangat sulit diukur karena komunikan dapat memilih untuk tidak memperlihatkan apakah pesan-pesan tersebut benar-benar diyakini.   SALURAN DAN MEDIA KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI Saluran dan media komunikasi formal pada dasarnya sudah melekat pada garis kewenangan organisasi yang telah ditetapkan manajemen. Saluran dan media komunikasi formala dapat mengalihkan informasi ke bawah, ke atas, atau ke samping. Saluran dan media komunikasi ke bawah digunakan oleh pimpinan untuk menyampaiakan kebijakan, prosedur kerja, peraturan, instruksi, gagasan, dan umpan balik mengenai pelaksanaan pekerjaan bawahan. Saluran dan media komunikasi ke atas digunakan bawahan untuk menyatakan gagasan-gagasan, sikap dan perasaan mereka terhadap pekerjaan mereka, kebijaksanaan perusahaan, dan masalah-masalah lain yang melibatkan mereka. Sedangkan saluran dan media komunikasi ke samping digunakan untuk mengkoordinasikan kegiatan dan membantu dalam pelaksanaan pekerjaan mereka. Saluran Dan Media Komunikasi Tertulis Berdasarkan arah aliran informasinya, saluran dan media komunikasi tertulis dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu: saluran dan media komunikasi ke bawah tertulis, ke atas tertulis dan ke samping tertulis. 1. Saluran dan media komunikasi ke bawah tertulis Saluran dan media komunikasi ke bawah harus ditetapkan agar menejen puncak dan menengah dapat berkomunikasi secara efektif dengan karyawan bawahannya. Meskipun para manajer di semua tingkatan memandang penting penggunaan saluran dan media komunikasi lisan, tetapi sebagian besar komunikasi mereka akan melalui saluran dan media komunikasi tertulis; terutama jika organisasi perusahaan sudah berkembang cukup besar. Beberapa jenis saluran media komunikasi ke bawah tertulis yang relatif berkaitan dengan program personalia akan didiskripsikan sebagai berikut: a. Deskripsi Jabatan dan Pedoman Prosedur Kerja Salah satu media terpenting dari komunikasi formal tertulis dari manajemen kepada karyawan (ke bawah) adalah deskripsi jabatan (job description). b. Buku Pedoman ( handbook ) c. Majalah dan Bulletin Perusahaan d. Memo dan Instruksi Tertulis e. Papan Pengumuman dan Poster f. Laporan Tahunan Yang Dipublikasikan g. Surat Yang Dimaksukkan Dalam Amplop Gaji Atau Upah h. Surat Yang Dikirim Langsung Ke Rumah Karyawan 2. Saluran dan media komunikasi ke atas tertulis a. Kotak saran b. Program saran ( suggestion program) c. Grievance procedure Saluran komunikasi ini mencerminkan adanya usaha-usaha yang sistematik dari pihak manajemen untuk mendengarkan keluhan-keluhan, keinginan, tuntutan karyawan, dan masalah-masalah yang dihadapi mereka di dalam pekerjaannya yang disampaikan baik secara lisan maupun tertulis. d. Survei semangat kerja dan sikap karyawan e. Mekanisme penyusunan anggaran 3. Saluran dan media komunikasi ke samping tertulis Saluran dan media Komunikasi Lisan Beberapa saluran dan media komunikasi lisan dan tatap muka yang banyak digunakan: 1. Saluran dan media komunikasi ke bawah – lisan a. Pembicaraan lewat telepon b. Komunikasi tatap muka antara bawahan dan atasan c. Panitia d. Konferensi 2. Saluran dan media komunikasi ke atas – lisan a. Wawancara pemutusan hubungan kerja b. Kebijaksanaan pintu terbuka 3. Saluran dan media komunikasi ke samping – lisan   ALIRAN ATAU ARUS KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI Sifat Aliran Informasi dalam Organisasi Aliran informasi dalam suatu organisasi adalah suatu proses dinamik; dalam proses inilah pesan-pesan secara tetap dan berkesinambungan diciptakan, ditampilkan, dan diinterpretasikan. 1. Penyebaran pesan secara serentak Sebagian besar dari komunikasi organisasi berlangsung dari orang ke orang, atau diadik, hanya melibatkan sumber pesan dan penerima yang menginpretasikan pesan sebagai tujuan akhir. 2. Penyebaran pesan secara berurutan Haney mengemukakan bahwa “penyampaian pesan berurutan merupakan bentuk komunikasi yang utama, yang pasti terjadi dalam organisasi”. Proses penyebaran pesan secara berurutan memperlihatkan pola “siapa berbicara kepada siapa pesan disampaikan”. Penyebaran tersebut mempunyai suatu pola sebagai salah satu ciri terpentingnya. Bila pesan disebarkan secara berurutan, penyebaran informasi berlangsung dalam waktu yang tidak berurutan, jadi informasi tersebut tiba di tempat yang berbeda dan pada waktu yang berbeda pula. 3. Penyebaran pesan secara serentak dan berurutan (kombinasi) Pola Aliran Informasi Dalam Organisasi Peranan individu dalam sistem komunikasi ditentukan oleh hubungan struktur antara satu individu dengan individu lainnya. Hubungan ini ditentukan oleh pola hubungan interaksi individu dengan aliran informasi dalam jaringan komunikasi. (Arni Muhammad, 2005: 102). Pengertian jaringan di sini adalah saluran yang digunakan untuk meneruskan pesan dari satu orang ke orang lain. Kelompok kecil sesuai dengan sumberdaya yang dimilikinya akan mengembangkan pola komunikasi yang menggabungkan beberapa struktur jaringan komunikasi. Jaringan komunikasi ini kemudian merupakan sistem komunikasi umum yang akan digunakan oleh kelompok dalam mengirmkan pesan dari satu orang ke orang lainnya. Dalam kaitannya dengan ini ada lima pola aliran informasi yang dapat dijumpai di umumnya kelompok : 1. Pola lingkaran Pola lingkaran tidak memiliki pemimpin. Semua anggota posisinya sama. Mereka memiliki wewenang atau kekuatan yang sama untuk mempengaruhi kelompok. Setiap anggota bisa berkomunikasi dengan dua anggota lain di sisinya. 2. Pola roda Pola roda memiliki pemimpin yang jelas, yaitu yang posisinya di pusat. Orang ini merupakan satu-satunya yang dapat mengirim dan menerima pesan dari semua anggota. Oleh karena itu, jika seorang anggota ingin berkomunikasi dengan anggota lain, maka pesannya harus disampaikan melalui pemimpin. 3. Pola Y Pola Y relatif kurang tersentralisasi dibanding dengan pola roda, tetapi lebih tersentralisasi dibanding dengan pola lainnya. Pada pola Y juga terdapat pemimpin yang jelas. Anggota ini dapat mengirimkan dan menerima pesan dari dua orang lainnya. Ketiga anggota lainnya komunikasinya terbatas hanya dengan satu orang lainnya. 4. Pola rantai Pola rantai sama dengan pola lingkaran kecuali bahwa para anggota yang paling ujung hanya dapat berkomunikasi dengan satu orang saja. Keadaan terpusat juga terdapat di sini. Orang yang berada di posisi tengah-tengah lebih berperan sebagai pemimpin daripada mereka yang berada di posisi lain. 5. Pola semua saluran atau bintang Pola semua saluran atau pola bintang hampir sama dengan pola lingkaran dalam artis semua anggota adalah sama dan semuanya juga memiliki kekuatan yang sama untuk mempengaruhi anggota lainnya. Akan tetapi, dalam struktur semua saluran setiap anggota bisa berkomunikasi dengan setiap anggota lainnya. Pola ini memungkinkan adanya partisipasi anggota secara optimum. Ada enam peranan jaringan komunikasi yaitu: 1. Opinio leader (pemimpin pendapat atau pemuka pendapat) adalah pimpinan informal dalam organisasi. Mereka ini tidaklah selalu orang-orang yang mempunyai otoritas formal dalam organisasi tetapi membimbing tingkah laku anggota organisasi dan mempengaruhi keputusan mereka. (Arni muhammad, 2005:103). Katz dan Lazarsfeld menggambarkan seorang pemimpin pendapat atau pemuka pendapat sebagai “suatu bentuk kepemimpinan yang nyaris tidak kelihatan dan tidak dikenali, pada tingkat orang per orang dalam kontak biasa, akrab, maupun kontak sehari-hari”. Organisasi formal, sama seperti komunitas, memiliki pemimpin pendapat yang mempengaruhi apa yang diyakini dan yang dilakukan oleh orang-orang. Mereka melakukan fungsi kunci komunikasi dengan mempengaruhi pembentukan pendapat dan perubahan sikap. Mereka dimintai pendapat, dan anggota-anggota organisasi mendengarkan mereka. (R. Wayne Pace Don F. Faules, 1998:183) 2. Gate keepers (penjaga gawang) adalah individu yang mengontrol arus informasi di antara anggota organisasi. Gate keepers mempunyai kekuasaan dalam memutuskan apakah suatu informasi penting atau tidak. 3. Comopolites (kosmopolit) adalah individu yang menghubungkan organisasi dengan lingkungannya. Mereka ini mengumpulkan informasi dari sumber-sumber yang ada dalam lingkungan dan memberikan informasi mengenai organisasi kepada orang-orang tertentu pada lingkungannya. (Arni Muhammad, 2005:103). Kosmopolit menghubungkan para anggota organisasi dengan orang-orang dan peristiwa-peristiwa di luar batas-batas struktur organisasi. Mereka memiliki kontak yang lebih kerap dengan sumber-sumber di luar organisasi dan bertindak sebagai saluran bagi gagasan-gagasan baru yang akan memasuki organisasi. (R. Wayne Pace Don F. Faules, 1998:183) 4. Bridge (jembatan) adalah anggota kelompok atau klik dalam suatu organisasi yang menghubungkan kelompok itu dengan anggota kelompok lainnya. Individu ini membantu saling memberi informasi di antara kelompok-kelompok yang mengkoordinasi kelompok. (Arni Muhammad, 2005:103). Sebagai orang yang menyampaikan pesan dan merpakan citra sentral dalam sistem komunikasi suatu klik, sebuah jembatan rentan terhadap semua kondisi yang menyebabkan kehilangan, kerusakan, dan penyimpangan informasi. (R. Wayne Pace Don F. Faules, 1998:179). 5. Liaison (penghubung) adalah sama peranannya dengan bridge (jembatan) tetapi individu itu sendiri bukanlah anggota dari satu kelompok tetapi dia merupakan penghubung di antara satu kelompok dengan kelompok lainnya. Individu ini juga membantu dalam membagi informasi yang relevan di antara kelompok-kelompok dalam organisasi. (Arni Muhammad, 2005:103). Ross dan Harry mengemukakan bahwa “bila seorang penghubung menyebabkan kemacetan, organisasi akan dirugikan, sedangkan bila penghubung efisien, ia cenderung melancarkan aliran informasi di seluruh organisasi”. Agarwala-Rogers menyatakan bahwa “peranan penghubung harus diciptakan secara formal dalam suatu organisasi apabila penghubung ini tidak terdapat secara informal”. (R. Wayne Pace Don F. Faules, 1998:179 - 180) 6. Isolate (Penyendiri) adalah anggota organisasi yang mempunyai kontak minimal dengan orang lain dalam organisasi. Orang-orang ini menyembunyikan diri dalam organisasi atau diasingkan oleh tman-temannya. (Arni Muhammad, 2005 : 103). Goldhaber meringkaskan sifat-sifat khusus penyendiri. Ia menyatakan bahwa penyendiri berbeda dengan anggota klik dalam arti: (a) kurang aman dalam konsep diri mereka; (b) kurang termotivasi oleh cita-cita; (c) kurang bersedia untuk berinteraksi dengan orang lain; (d) lebih muda dan kurang berpengalaman dalam sistem; (e) lebih jarang menduduki posisi yang kuat dalam organisasi; (f) lebih cenderung menahan daripada melancarkan aliran informasi; (g) relatif lebih tidak puas dengan sistem; (h) beranggapan bahwa sistem komunikasi tertutup bagi mereka. (R. Wayne Pace Don F. Faules, 1998:179). Davis menemukan bahwa beberapa individu secara konsisten keluar dari arus pesan yang bersifat desas-desus dan tidak mengambilnya sebagai sumber informasi. Ini menunjukkan bahwa ada perbedaan peranan informasi dalam suatu organisasi. (Arni Muhammad, 2005: 105 - 106). Untuk memberikan gambaran tentang jaringan komunikasi dalam organisasi dapat divisualisasikan sebagai berikut : Arah Aliran Informasi Dalam Organisasi 1. Komunikasi ke bawah Ada lima jenis informasi yang biasa dikomunikasikan dari atasan kepada bawahan, di antaranya: (1) informasi mengenai bagaimana melakukan pekerjaan, (2) informasi mengenai dasar pemikiran untuk melakukan pekerjaan, (3) informasi mengenai kebijakan dan praktek-praktek organisasi, (4) informasi mengenai kinerja pegawai, dan (5) informasi untuk mengembangkan rasa memiliki tugas (sense of mission). Sedangkan untuk pemilihan metode dan media dalam proses komunikasi ke bawah dapat melalui: (1) tulisan saja, (2) lisan saja, (3) tulisan didikuti lisan, dan (4) lisan diikuti tulisan. Ada enam kriteria yang sering digunakan untuk memilih metode penyampaian informasi kepada para pegawai, di antaranya: a. Ketersediaan Metode-metode yang tersedia dalam organisasi cenderung dipergunakan. b. Biaya Metode yang dinilai paling murah cenderung dipilih untuk penyebaran informasi rutin dan yang tidak mendesak. c. Pengaruh Metode yang tampaknya memberi pengaruh atau kesan paling besar sering dipilih daripada metode yang baku. d. Relevansi Metode yang tampak paling relevan dengan tujuan yang ingin dicapai akan lebih sering dipilih. e. Respons Metode yang dipilih akan dipengaruhi oleh ketentuan apakah dikehendaki atau diperlukan respons khusus terhadap informasi tersebut. f. Keahlian Metode yang tampaknya sesuai dengan kemampuan pengirim untuk menggunakannya dan dengan kemampuan penerima untuk memahaminya cenderung digunakan daripada metode yang tampaknya di luar kemampuan komunikator atau di luar kemampuan pemahaman pegawai yang menerimanya. Tabel I: Metode Paling Efektif V.S. paling Tidak Efektif Untuk Berkomunikasi dengan para Pegawai Dalam Sepuluh Situasi yang Berbeda No. SITUASI PALING EFEKTIF PALING TIDAK EFEKTIF 1. Penyampaian informasi yang memerlukan tindakan segera pegawai. Lisan diikuti tulisan Tulisan Saja 2. Informasi yang memerlukan tindakan pegawai pada waktu mendatang. Tulisan saja Lisan saja 3. Penyampaian informasi yang bersifat umum. Tulisan saja Lisan saja 4. Penyampaian arahan atau perintah perusahaan Lisan diikuti tulisan Lisan saja 5. Penyampaian informasi mengenai perubahan kebijakan perusahaan yang penting. Lisan diikuti tulisan Lisan saja 6. Penyampaian kemajuan kerja kepada penyelia langsung anda. Lisan diikuti tulisan Lisan saja 7. Promosi kampanye keamanan. Lisan diikuti tulisan Lisan saja 8. Pemberian pujian kepada pegawai atas prestasi kerjanya. Lisan diikuti tulisan Tulisan saja 9. Pemberian teguran kepada pegawai atas kelalaian kerjanya. Lisan saja Tulisan saja 10. Penyelesaian perselisihan di antara para pegawai mengenai masalah kerja. Lisan saja Tulisan saja Sumber: (R. wayne Peace Don F. Faules, 1998:187) 2. Komunikasi ke atas Komunikasi ke atas dalam sebuah organisasi berarti bahwa informasi mengalir dari tingkat yang lebih rendah (bawahan) ke tingkat yang lebih tinggi (penyelia). Jenis komunikasi ini biasanya mencakup: (1) kegiatan yang berkaitan dengan pekerjaan. Artinya, apa yang sedang terjadi di pekerjaan, seberapa jauh pencapaiannya, apa yang masih harus dilakukan, dan masalah lain yang serupa; (2) masalah yang berkaitan dengan pekerjaan dan pertanyaan yang belum terjawab; (3) berbagai gagasan untuk perubahan dan saran-saran perbaikan; dan (4) perasaan yang berkaitan dengan pekerjaan mengenai organisasi, pekerjaan itu sendiri, pekerjaan lainnya, dan masalah lain yang serupa. (Arni Muhammad, 2005:118). Komunikasi ke atas sangat penting untuk mempertahankan dan bagi pertumbuhan organisasi. Dikatakan penting karena beberapa alasan, diantaranya: a. Aliran informasi ke atas memberi informasi berharga untuk pembuatan keputusan oleh mereka yang mengarahkan organisasi dan mengawasi kegiatan orang-orang lainnya. b. Komunikasi ke atas memberitahukan kepada penyelia kapan bawahan mereka siap menerima informasi dari mereka dan seberapa baik bawahan menerima apa yang dikatakan kepada mereka. c. Komunikasi ke atas memungkinkan bahkan mendorong omelan dan keluh kesah muncul ke permukaan sehingga penyelia tahu apa yang mengganggu mereka yang paling dekat dengan operasi-operasi sebenarnya. d. Komunikasi ke atas menumbuhkan apresiasi dan loyalitas ke pada organisasi dengan memberi kesempatan kepada pegawai untuk mengajukan pertanyaan dan penyumbang gagasan serta saran-saran mengenai operasi organisasi. e. Komunikasi ke atas mengizinkan penyelia untuk menentukan apakah bawahan memahami apa yang diharapkan dari aliran informasi ke bawah. f. Komunikasi ke atas membantu pegawai mengatasi masalah pekerjaan mereka dan memperkuat keterlibatan mereka dengan pekerjaan mereka dan dengan organisasi tersebut. 3. Komunikasi horizontal Komunikasi horizontal terdiri dari penyampaian informasi di antara rekan-rekan sejawat dalam unit kerja yang sama. Tujuan komunikasi horizontal dalam sebuah organisasi diantaranya sebagai berikut: a. Untuk mengkoordinasi penugasan kerja. b. Berbagi informasi mengenai rencana dan kegiatan. c. Untuk memecahkan masalah. d. Untuk memperoleh pemahaman bersama. e. Untuk mendamaikan, berunding, dan menengahi perbedaan. f. Untuk menumbuhkan dukungan antarpersona. 4. Komunikasi lintas saluran Dalam kebanyakan organisasi, muncul keinginan pegawai untk berbagi informasi melewati batas-batas fungsional dengan individu yang tidak menduduki posisi atasan maupun bawahan mereka. Spesialis staf (staff specialists) biasanya paling efektif dalam komunikasi lintas saluran karena biasanya tanggung jawab mereka muncul di beberapa rantai otoritas perintah dan jaringan yang berhubungan dengan jabatan. Sebagaimana yang dikatakan oleh Keith Davis, bahwa untuk memperkokoh peranan komunikasi spesialis staf maka perlu menerapkan tiga prinsip sebagai berikut: a. Spesialis staf harus dilatih dalam keahlian berkomunikasi. b. Spesialis staf perlu menyadari pentingnya peranan komunikasi mereka. c. Manajemen harus menyadari peranan spesialis staf dan lebih banyak lagi memanfaatkan peranan tersebut dalam komunikasi organisasi. 5. Komunikasi selentingan Dalam istilah komunikasi, selentingan digambarkan sebagai “metode penyampaian laporan rahasia dari orang ke orang yang tidak dapat diperoleh melalui saluran biasa”. Komunikasi informal cenderung mengandung laporan “rahasia” tentang orang-orang dan peristiwa yang tidak mengalir melalui saluran perusahaan yang formal. Informasi yang diperoleh melalui selentingan lebih memperhatikan “apa yang dikatakan atau didengar oleh seseorang.” Daripada apa yang dikeluarkan oleh pemegang kekuasaan. Paling tidak sumbernya terlihat “rahasia” meskipun informasi itu sendiri bukan rahasia. Berikut diuraikan beberapa sifat komunikasi selentingan sebagai berikut: a. Selentingan berjalan terutama melalui interaksi mulut ke mulut. b. Selentingan umumnya bebas dari kendala-kendala organisasi dan posisi. c. Selentingan menyebarkan informasi dengan cepat. d. Jaringan kerja selentingan digambarkan sebagai suatu “rantai kelompok” karena setiap orang menyampaikan selentingan cenderung mengabarkannya kepada kelompok ornag daripada hanya kepada satu orang saja. e. Para peserta dalam jaringan kerja selentingan cenderung menjalankan satu dari tiga peranan berikut: penghubung, penyendiri, atau pengakhir (dead-enders) mereka yang biasanya tidak melanjutkan informasi. f. Selentingan cenderung lebih merupakan produk suatu situasi daripada produk orang-orang dalam organisasi tersebut. g. Semakin cepat seseorang mengetahui suatu peristiwa yang baru saja terjadi, semakin besar kemungkinan ia menceritakannya kepada orang-orang lain. h. Bila suatu informasi yang disampaikan pada seseorang menyangkut sesuatu yang menarik perhatiannya, semakin besar kemungkinan ia menyampaikan informasi tersebut kepada orang-orang lainnya. i. Aliran utama informasi dalam selentingan cenderung terjadi dalam kelompok-kelompok fongsional daripada antara kelompok-kelompok tersebut. j. Umumnya 75% - 90% dari rincian pesan yang disampaikan oleh selentingan adalah cermat; namun, seperti dikemukakan Keith Davis “ orang-orang cenderung beranggapan bahwa selentingan kurang cermat daripada yang sebenarnya, karena kesalahan-kesalahannya lebih dramatik dan akibatnya lebih berkesan dalam ingatan daripada kecermatan rutin sehari-harinya. Selanjutnya, bagian-bagian yang tidak cermat seringkali penting. k. Informasi selentingan biasanya tidak lengkap, menghasilkan kesalahan interpretasi bahkan bila rinciannya cermat. l. Selentingan cenderung mempengaruhi organisasi, apakah untuk kebaikan atau keburukan; jadi pemahaman mengenai selentingan dan bagaimana selentingan ini dapat memberi andil positif kepada organisasi merupakan hal yang penting. (R. Wayne Pace Don F. Faules, 1998:195 - 201). Dari keempat arah komunikasi organisasi di atas dapat dibuat gambar sebagai berikut: Gambar 3: Empat arah komunikasi organisasi Sumber gambar: R. Wayne Pace Don F. Faules, 1998:184

Selasa, 27 September 2011

Program Radio

Program Radio
I. Pengertian
I. Bahasa : Acara / Rencana
Kata Program berasal dari bahasa Inggris”programme” yang berarti acara atau rencana. Program adalah segala hal yang ditayangkan media penyiaran untuk memenuhi kebutuhan audiennya. Dengan demikian, program memiliki pengertian yang sangat luas. Program atau acara yang disajikan adalah faktor yang membuat audien tertarik untuk mengikuti siaran yang dipancarkan oleh media penyiaran. Program dapat dianalogikan dengan produk atau barang (goods) atau pelayanan (services) yang dijual kepada pihak lain, dalam hal ini audiens.
Ruang lingkup format siaran tidak saja menentukan bagaimana mengelola program siaran, tetapi juga bagaimana memasarkan program siaran itu. Setiap stasiun radio sangat penting untuk menentukan format siaran, sebelum memulai kegiatan penyiaran. Proses penentuan format dimulai dari penentuan visi dan misi yang ingin dicapai, pemahaman tentang pendengar yang dituju, melalui riset ilmiah untuk mengetahui apa kebutuhan dan bagaimana perilaku sosiologis-psikologis audien. Dari sini ditentukan format siaran apa yang relevan, beserta implementasinya pada wilayah program dan pemasaran. Tujuan penentuan format siaran adalah untuk memenuhi sasaran khalayak secara spesifik, dan untuk kesiapan berkompetisi dengan media lainnya di suatau lokasi siaran. Format siaran lahir dan berkembang seiring dengan tuntutan spesialisasi siaran, akibat maraknya pendirian stasiun radio, format siaran dapat ditentukan dari berbagai aspek, misalnya aspek demografis audien, seperti kelompok umur, jenis kelamin, profesi hingga geografi. Berdasarkan pembagian tersebut, maka muncullah media penyiaran berdasarkan kebutuhan kelompok tersebut.
• Istilah : Segala hal yang ditayangkan media penyiaran untuk memenuhi kebutuhan audiennya.

II. Perencanaan Program
Bagian pengelola program harus mempertimbangkan empat hal ketika merencanakan program siaran, yaitu :
a. Produk. Materi program yang dipilih haruslah yang disukai audien
b. Price. Biaya yang dikeluarkan dalam membuat program harus realistis
c. Place. Pengelola program harus mengetahui waktu siar yang tepat. Disesuaikan dengan kebutuhan audien. Hal ini akan mempengaruhi keberhasilan program yang bersangkutan.
d. Promotion. Pengelola program harus dapat memperkenalkan dan kemudian menjual acara itu, sehingga dapat mendatangkan iklan.

III. Karakteristik Radio

a) Adult Contemporary
Segmentasi : Dewasa
b) Contemporary Hits Radio
Segmentasi : Dewasa – Muda
c) All News / Talk Show Radio
Segmentasi : All Audience
d) Clasic Hits Radio
Segmentasi : Tua

Menurut Joseph Dominick (Broadcasting, Cable, Internet and Beyond, An Introduction to Modern Electronic Media, USA), format stasiun penyiaran radio ketika diterjemahkan dalam kegiatan siaran harus disesuaikan dengan : - Kepribadian - Pilihan musik dan lagu - Pilihan Gaya Tutur - Pilihan Spot atau kemasan iklan, jingle, dan bentuk-bentuk promosi acara radio lainnya. Bagian program bertugas merencanakan, memilih, dan menyusun acara. Membuat rencana siaran berarti membuat konsep acara yang akan suguhkan kepada audien. Bagian program harus bisa memperkirakan selera audiens. Radio bersifat lokal. Oleh karena itu, pimpinan bagian program hendaknya memahami budaya dan citarasa pemirsa lokal.
Karakteristik stasiun penyiaran radio ketika diterjemahkan dalam kegiatan siaran harus disesuaikan dengan …!!!
 Kepribadian - Kepribadian atau identitas radio siaran harus sesuai dengan karakteristik yang mereka anut
 Pilihan musik dan lagu - Musik yang akan diputar di sebuah radio akan menyesuaikan dengan format stationnya
 Pilihan Gaya Tutur - Materi kata adalah materi yang telah dipersiapkan oleh script writer sebagai bahan omongan bagi penyiar dibuat sesuai dengan tema yang telah ditentukan sebelumnya
 Pilihan Spot atau kemasan iklan - Pilihan spot iklan juga harus segmentasi radio tersebut
 Jingle - Identitas dalam bentuk musik,durasi yang singkatdan earcathing sehingga audience tahu mereka sedang mendengarkan radio apa
 Bentuk acara promosi lainya - Bentuk promosi yang lain ini bisa berbentuk acara off air,dll

IV. Elemen Programing

a. Musik - Merupakan elemen utama dalam merancang program acara di radio. Musik yang akan diputar di sebuah radio akan menyesuaikan dengan format stationnya.
b. Berita atau informasi - Berita biasanya disiarkan pada jam-jam prime time. Pada radio dengan format CHR atau Top 40 berita biasanya disajikan dengan unsur hiburan, sehingga menjadi sajian berita yang disebut sebagai infotainment.
c. Gaya Siaran (Announcing/air personality) - Air personality dari seorang penyiar akan turut pula mendukung perencanaan program radio. Beberapa program radio bahkan mengandalkan gaya siaran seorang penyiar untuk mendongkrak rating program tersebut
d. Public Affairs (Interaksi audience) - Hubungan antara audience dengan penyiar (radio) akan menjadi sinergi yang saling menguntungkan. Bahkan banyak radio yang kemudian mengadakan kegiatan yang bersumber pada audience-nya (public affairs)
e. Weather/Traffic - Informasi mengenai cuaca, atau informasi mengenai lalu lintas saat ini menjadi informasi yang dibutuhkan oleh audience
f. Spot (Promo & Commercial) - Pemasangan spot promosi (radio expose) maupun spot komersial akan mempengaruhi pula program yang dibuat. Durasi iklan, pemilihan tema, pemilihan music, pemilihan voice over/narrator, penempatan iklan akan disesuaikan dengan format station dan program-nya
g. Kontes dan Promosi - Kontes berupa kuis merupakan acara yang ditunggu pendengar, tetapi acara ini harus menyesuaikan pula dengan format dan program acaranya
h. Jingle - Jingle atau smash merupakan salah satu Id’s station yang menentukan positioning radio yang dikehendaki. Durasi jingle yang pendek dengan memuat informasi frekuensi dan nama radio, akan selalu mengingatkan pendengar pada radio yang sedang didengarkan saat itu
i. Features - Feature harus dirancang untuk merefleksikan format station
j. Call Station/Call Letters - Di Indonesia dikenal dengan istilah call sign yang terdiri dari huruf dan angka yang sulit diingat, sehingga di Indonesia jarang dipergunakan
k. Generasi C - Generasi C adalah masyarakat yang mempunyai suatu pola hidup yang mengacu pada hal hal : Creatif, Conseptor, Creator, Co Creator, Confidence
Terlepas mereka mendengarkan program siaran radio apa tidak.

V. Menjaga Eksistensi Program
1. Format lagu harus jelas
2. Setiap Spot iklan jangan terlalu panjang
3. Mengusung Budaya lokal ( Etnosentrisme )
4. Interaktif
5. Hadiah
6. Event Off Air

VI. Evaluasi

Tahapan ini adalah tahapan yg tidak boleh terlupakan,dimana evaluasi berfungi mengukur tingkat kesuksesan suatu program agar menyempurnakan program dalam tahap berikutnya secara berkesinambungan

VII. Evaluasi Program

• Kelengkapan informasi
• Kualitas pesan
• Evaluasi isi pesan
• Evaluasi terhadap jumlah khalayak
• Evaluasi terhadap khalayak yang perhatian
• Evaluasi khalayak yang mempelajari isi
• Evaluasi khalayak yang berubah pendapat
• Evaluasi khalayak yang berubah sikap
• Evaluasi khalayak yang berprilaku sesuai dengan keinginan
• Evaluasi jumlah khalayak yang mengulang
• Evaluasi perubahan sosial





*Materi ini disampaikan saat workshop Program radio di UIN Sunan Kalijaga Jogjakarta 5 Februari 2011

Sabtu, 24 September 2011

SA ANTADHIRUKI ILA AYYI WAKTIN...!!!

senyum mentari pagi ini mengawali hari yang cerah namun penuh gundah...entahlah apa yang q impikan semalam...sehingga membuat q terjaga lebih awal dari nikmatnya terbuai dalam keheninganya...mungkin ini konstruct pemikiran saja,namun susah untuk di mengerti...

sejenak mencermati beberapa kabar terhangat pagi ini...semakin gila saja bangsa ini...ternyata tidak hanya q,yang terbuai oleh hegemoni indahnya duniawi...bahkan seluruhnya hampir masuk dalam pusaran dialektika kehidupan yang tiada henti...

entahlah...gundah apa lagi yang q rasakan...bukankah q telah bahagia selama ini...dapat merasakan dinamika yang mungkin orang lain tak dapat merasakanya...kebahagian saat meneteskan air mata dalam setiap lantunan doa...sungguh takkan ada yang dapat mengalahkanya...

"ALLAHUMMA AJJLNA LINNURO FIL QOLBI..."

takkan pernah berhenti menyebutnya dalam setiap lantunan doa...kerana saat itulah q dapat memuja,menyebut asma MU yang begitu indah dan q dapat merasakan kebahagian...

akan terus menanti dan berharap indah tentang dialektika yang selalu q jaga selama ini...SA ANTADHIRUKI ILA AYYI WAKTIN...!!!

Seonggok Rumput

Mengapa selalu seperti ini...suatu pertanyaan yang seakan tak pernah hilang dari nomena q...tak pernah hinggap begitu lama kebahagian itu...q hanya bisa merasakan sekejap saja...entahlah,mungkin belum waktu q...namun tidak sebentar q menantinya...seakan kebal hati q akan kesedihan,karena telah begitu banyak dan menimpa q setiap hari...

Semua akan indah bila datang pada waktunya...kata kata yang akan selalu q ingat...hanya waktu yang bisa menjawab semua gundah ini...q akan tetap menanti,sampai kapanpun itu...

Terkadang q begitu liar bila kemauan q datang,namun q juga begitu bila semua kemauan itu terawat dengan benar...bagai rumput,ia liar bila tumbuh di musim hujan,namun ia juga begitu indah bila terawat dengan baik...kini rumput itu bergoyang...tertiup angin,terinjak...namun ia akan tetap setia menanti sampai kapanpun itu...

Bagai filosofi rumput,q akan tetap setia meski selalu terinjak...menanti,kapan kebahagian tu datang...!!!

Awal yang baik

Saturday night,ah buat q g ada beda dengan malam malam lainya.Jalan ke mall,nongkrong di cafe,muter muter kota tanpa tujuan yang jelas,dll pasti dilakukan anak muda sekarang buat ngisi malam ini.Buat q g,malam ini seperti g ada beda dengan malam yang lain.Duduk depan laptop,ditemani segelas teh panas,gorengan (klo ada,red),dan laptop butut yang membantu q sedikit nyaman berlama lama di kamar kost.

Ya namanya juga jomblo,kerjaanya di kamar aja berkutat dengan apa yang bisa dikerjakan,terkadang asyik dengan selimut dan bantal butut yang entah peta mana yang q gambar.Q masih newbie nulis blog,sebenere uda dari lama sih pengen nulis,tapi masih kurang pede aja.Q harap banyak kritik dan saran yang membangun (kayak kata pengantar,red) biar g nervous lagi nulis disini.

:-)